
JAKARTA, INLENS.id – Indonesia semakin serius mengadopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk memaksimalkan potensi ekonomi nasional. Berdasarkan studi PricewaterhouseCoopers (PwC) tahun 2023, AI diproyeksikan menyumbang hingga USD1 triliun terhadap produk domestik bruto wilayah ASEAN pada 2030. Dari angka tersebut, Indonesia berpotensi meraih hingga USD366 miliar atau sekitar Rp5,8 kuadriliun, yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional hingga 18,8 persen.
Menkomdigi: lima prioritas utama pemanfaatan AI
Peningkatan ini jauh melampaui target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang telah ditetapkan Presiden Prabowo Subianto. Untuk mencapai tujuan tersebut, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyampaikan bahwa pemerintah menetapkan lima prioritas utama dalam strategi nasional pemanfaatan AI: layanan kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan talenta, pengembangan kota pintar, dan keamanan pangan.
Dalam sektor kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah memanfaatkan AI untuk memperluas akses layanan dan meningkatkan akurasi diagnosis. Aplikasi SATUSEHAT Mobile yang menerapkan pendekatan 4P (Prediktif, Pencegahan, Partisipatif, Personal) membantu masyarakat memantau kesehatan melalui berbagai fitur, seperti pemantauan kehamilan, sertifikat digital imunisasi, hingga rekam medis.
Reformasi birokrasi juga menjadi fokus utama dengan peluncuran Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) pada 2025. Sistem ini akan mengintegrasikan layanan lintas kementerian untuk mengurangi tumpang tindih layanan digital. Selain itu, AI digunakan untuk mengawasi konten negatif di media digital.
Dalam pendidikan, AI dimanfaatkan untuk meningkatkan talenta digital dengan pembelajaran mandiri melalui platform daring. Hal ini memberikan fleksibilitas bagi peserta didik untuk mengakses materi sesuai kebutuhan individu.