Tiga Inovasi Pemkab Bateng Jalani Verifikasi Lapangan KIPP Babel 2025

BANGKA TENGAH, INLENS.id – Masuk jajaran 10 besar, sebanyak tiga program inovasi milik Pemkab Bangka Tengah (Bateng) telah diverifikasi lapangan oleh tim penilai Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2025.
Tiga inovasi tersebut di antaranya Kios Maritim dan Si Abang Tampan yang diinisiasi oleh Dinas Perikanan Bangka Tengah serta Mangrove yang diinisiasi Bappelitbangda Bangka Tengah.
Inovasi pertama yang dilakukan verifikasi lapangan adalah program Kios Maritim yang menyediakan berbagai layanan untuk nelayan setempat di Desa Batubelubang.
Kios Maritim mempunyai empat pelayan publik, yakni penerbitan standar laik operasi (SLO), surat persetujuan berlayar (SPB), penerbitan kartu usaha kelautan dan perikanan (Kusuka) dan pembuatan BPJS ketenagakerjaan.
Inovasi Kios Maritim di Bangka Tengah merupakan satu-satunya di Provinsi Bangka Belitung yang melayani nelayan, agar mempunyai dokumen perizinan perikanan tangkap yang lengkap terpadu.
Sehingga, seluruh aktivitas nelayan tersentralisasi dan memudahkan masyarakat mengurus perizinan di satu tempat yang disebut Kios Maritim.
Kepala Dinas Perikanan Bangka Tengah, Imam Soehadi mengatakan akan terus mengembangkan program Kios Maritim dengan menambah pelayanan menjadi sembilan layanan publik.
“Satu di antaranya, penerbitan rekomendasi BBM nelayan, sehingga nelayan tidak mengalami kesulitan dengan tarif nol rupiah,” ujarnya, Kamis (8/5/2025).
Setelah itu, dari Dinas Perikanan juga ada program Si Abang Tampan yang memberikan pelayanan di sektor perikanan berbasis silvofishery dengan tujuan meningkatkan produksi kepiting bakau ramah lingkungan.
Asal muasal, diciptakannya inovasi Si Abang Tampan adalah Dinas Perikanan Bangka Tengah ingin menciptakan program yang mampu meningkatkan produksi perikanan di Negeri Selawang Segantang.
“Terutama, diperuntukkan menghadapi masa paceklik nelayan, sehingga yang tadinya nelayan yang tidak bisa melaut, dengan inovasi ini memudahkan nelayan dapat hasil tambahan pendapatan,” terangnya.
Program Si Abang Tampan sudah dibentuk di dua desa yaitu, Desa Lubuklingkuk dan Desa Kurau Barat dengan memadukan budidaya kepiting bakau dan mangrove.
Sehingga, dalam hal efisiensi biaya mampu ditekan dan keuntungan margin dapat ditingkatkan serta keberlanjutan menggunakan hutang mangrove sebagai ekosistem.
“Alhamdulillah, rata-rata pendapatan pembudidaya kepiting bakau sudah Rp3,7 juar per orang setiap bulan, dan produksi bisa meningkat hingga 1950 kilogram di tahun 2024,” ucapnya.