Bangka TengahBeritaDaerah

Pulau Gelasa Memanggil, LEPU Gelar Transplantasi Terumbu Karang Secara Mandiri

BANGKA TENGAH, INLENS.id – Upaya memulihkan ekosistem laut kembali digencarkan di Pulau Gelasa, Kabupaten Bangka Tengah. Pada 25–26 Oktober 2025, Lestari Ekosistem Pesisir dan Underwater (LEPU) bersama Yayasan Peduli Terumbu Karang melakukan transplantasi terumbu karang menggunakan metode spider sebagai langkah awal rehabilitasi kawasan yang rusak akibat aktivitas manusia dan tekanan lingkungan.

Program ini menyasar sejumlah lokasi yang mengalami kerusakan parah, terutama akibat praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Tim LEPU serta relawan secara sukarela dan mandiri melakukan survei lokasi, pemasangan rangka spider, serta penempelan bibit karang yang diambil dari koloni induk sehat di perairan sekitar.

Sekretaris LEPU, Ron Kasiran, menyebut kegiatan ini sebagai momentum penting bagi keberlanjutan ekosistem laut Gelasa.

“Salam lestari. Pada 26 Oktober kami melakukan penanaman terumbu karang dengan metode spider di Pulau Gelasa. Harapannya, ini menjadi langkah awal yang berarti untuk pemulihan terumbu karang di pulau ini. Ke depan, kami ingin meningkatkan kualitas kerja konservasi kami,” ujarnya.

Ron menjelaskan, metode spider dipilih karena terbukti efektif mempercepat pertumbuhan karang pada area rehabilitasi. Struktur rangkanya yang kokoh memudahkan bibit menempel dan berkembang, sekaligus menjadi tempat perlindungan biota laut.

Ia menekankan bahwa keterlibatan komunitas dan relawan menjadi faktor kunci keberhasilan program.

Baca juga  PT Timah dan HNSI Bangka Tenggelamkan 100 Rumpon untuk Dukung Nelayan dan Ekosistem Laut

Pulau Gelasa dikenal memiliki keanekaragaman terumbu karang yang melimpah. Namun dalam dua dekade terakhir, sebagian kawasan mengalami pemutihan dan kerusakan serius.

Program transplantasi ini diharapkan menjadi titik balik pemulihan ekosistem, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir untuk menjaga keberlanjutan laut.

LEPU dan Yayasan Peduli Terumbu Karang menargetkan kegiatan rehabilitasi akan dilakukan secara berkala. Pemantauan jangka panjang juga disiapkan untuk memastikan tingkat kelangsungan hidup bibit karang dan memperkuat basis data konservasi.

Langkah ini menjadi semakin penting setelah laporan Buletinexpres.com edisi 15 November 2025 mengungkap kondisi darurat terumbu karang Gelasa. Ekosistem karang di kawasan tersebut dilaporkan hancur akibat praktik penangkapan ikan ilegal menggunakan potasium sianida dan bom ikan. Aksi merusak itu diduga dilakukan oknum nelayan dari Kurau dan Selat Nasik.

Relawan LEPU juga kerap menemukan penyelam yang menggunakan kompresor dan menyemprotkan potas ke hamparan karang setelah mengumpulkan ikan dengan umpan. Sebagian lainnya memakai bom rakitan yang meratakan struktur karang hingga menyisakan dasar laut seperti padang tandus.

Dengan program rehabilitasi yang kembali digiatkan, Pulau Gelasa diharapkan dapat pulih dan kembali menjadi habitat yang sehat bagi terumbu karang dan berbagai biota laut yang bergantung padanya.

Related Articles